Resensi Novel Cinta Brontosaurus
Satu lagi ‘’lelaki penghibur’’ hadir di negeri ini dari cerita-cerita banyolannya yang unik. Setelah era Hilman dengan lupusnya yang mulai tenggelam, nama Raditya Dika tak akan bisa dilepaskan dari penulisan novel teenlit menghibur dan konyol. Kendati ditulis dengan ide yang ‘’agak jorok’’ dan asal, buku-buku karya Raditya Dika kenyataannya mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat.
Bahkan, salah satu bukunya Kambing Jantan, kini sudah menjadi sebuah film Kambing Jantan-nya yang juga dapat dinikmati di bioskop-bioskop nusantara. Raditya, dalam tiap terbitan bukunya, selalu meminta pendapat dan tanggapan pembaca. Penilaian dari dirinya sendiri bahkan menjadi catatan yang juga menarik dan tentu saja konyol. Bahkan itu melahirkan buku baru tersendiri. Buku Kambing Jantan, misalnya, pernah mampir di buku tentang tanaman dan hewan. ‘’Mungkin toko bukunya menyangka ini buku peternakan,’’ selorohnya.
Selain Kambing Jantan, bukunya yang lain adalah Cinta Brontosaurus, Radikus Makankakus dan masih ada yang lainnya. Semuanya adalah buku humor, catatan harian Dika-panggilannya, yang penuh kelucuan dan kebanyolan. Dika sendiri menyebutkan dalam buku ini, semua yang ditulisnya pure untuk menghibur. Dalam sebuah talkshow, dia pernah diminta bertobat karena menulis buku yang ‘’tak pantas’’ ini. Dan ia membuat pembelaan bahwa buku ini memang hanya untuk menghibur.
Lebih dari itu, Dika menyadari bahwa muatan buku ini kadang bisa tidak positif. Namun menurutnya, karena tujuannya adalah untuk menghibur, tentunya membuat tertawa merupakan tujuan akhirnya. Radit suka tertawa dan menularkan tawa adalah hobinya juga. Ada makna magis dari tertawa sehingga semua masalah bisa hilang. Bahkan tertawa bisa menjadi sebuah terapi (laugh therapy).
Ada 13 kumpulan cerita yang ditulis si kambing di buku cb, diawali oleh cerita tentang nasibnya si timor kaleng (udah laku di jual belum tuh ?) yang balas dendam karena merasa diperlakukan semena-mena oleh si kambing (judul ceritanya revenge of the bom bom car) dan di tutup dengan cerita menyentuh tentang kucing persianya yang jatuh cinta setengah mati ama kucing kampung tetangga hingga melakukan perbuatan yang nekad kabur! (judul ceritanya cinta kucing).
Seperti biasa, gaya nulisnya si kambing tetep seperti ABG yang lagi nulis diary tetapi sudah jauh lebih mengalir dibandingkan KJ. Ada beberapa cerita yang merupakan cerita lebih detail dari adegan yang ada di KJ sehingga kalo sebelumnya telah baca KJ bakal lebih menjiwai kegokilan si kambing dan efeknya ngakak lebih mantep. Apalagi kalo bacanya berurutan harinya, kayak yang saya lakukan, sabtu (22/9) beli di gramedia malemnya langsung baca KJ sampe tamat terus besoknya minggu (23/9) baca CB sampe selesai pasti lebih menjiwai ngakaknya, percaya deh!.
Ada satu cerita di CB, yang menurut saya, adalah alur cerita yang menyimpang bukan gaya si kambing, mungkin karena si kambing lagi patah hati jadi gaya ceritanya laen. Pada cerita keempat dengan judul di balik jendela, si kambing bertutur tentang usahanya untuk melupakan si dia yang sudah pacaran 2,5 tahun tapi terus putus karena alasan jarak, si kambing di adelaide sedangkan si dia di jakarta. Nah, disinilah letak penyimpangan yang dilakukan oleh si kambing, di hampir setiap cerita baik di KJ maupun CB hampir tidak pernah si kambing menggunakan kata ganti orang untuk menunjukkan seseorang, biasanya selalu menyebut namanya (baik asli maupun disamarkan) tetapi kenapa pas cerita di balik jendela pake nama "si dia" ??? apakah si dia ini sama dengan si kebo di KJ yang pernah di gigit monyet dan rumahnya di daerah bekasi ?? wallohu alam hanya kambing yang tau.
1 komentar:
Terimakasih artikel nya sangat bermanfaat. Kadang beberapa web publisher indie tidak di sertakan resensi yg lengkap... Artikel nya boleh yahh dijadikan referensi buat tugas kuliah
Posting Komentar